KESADAHAN AIR
I. Tujuan
Percobaan
?
Mengetahui
tingkat kesadahan yang terdapat dalam sampling air
II. Alat
yang dipakai
?
Buret
50 Ml 2
Buah
?
Erlenmeyer
250 ml 3
Buah
?
Pipet
Gondok 10, 25ml, 100 ml 1+1+1 Buah
?
Labu
ukur 500 ml 1
Buah
?
Bola
hisap 1
Buah
?
Labu
semprot 1
Buah
?
Spatula 1
Buah
?
Corong
kaca 1
Buah
III. Bahan yang digunakan
?
Larutan
Buffer pH 10
?
Larutan
Standar EDTA
?
Indikator
EBT
?
sampel
air
?
Aquadest
IV. Dasar
Teori
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan
air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan
rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan
pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Kesadahan sangat
penting artinya bagi para akuaris karena kesadahan merupakan salah satu
petunjuk kualitas air yang diperlukan bagi ikan. Tidak semua ikan dapat
hidup pada nilai kesadahan yang sama. Dengan kata lain, setiap jenis ikan
memerlukan prasarat nilai kesadahan pada selang tertentu untuk hidupnya.
Disamping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya
dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH.
Jika kita
memperhatikan dasar ketel yang kita gunakan untuk memasak air, semakin lama
dasar ketel tersebut akan semakin tebal oleh kerak. Kerak yang terbentuk pada dasar
ketel akan menyebabkan penghantaran panas terhambat, sehingga untuk memanaskan
air akan membutuhkan waktu yang lama.Kerak yang terbentuk pada dasar ketel
disebabkan oleh air sadah.
Air sadah adalah air yang mengandung garam terlarut dari ion kalsium, magnesium
dan besi. Air sadar bukan merupakan air yang berbahaya, karena memang ion-ion
tersebut dapat larut dalam air. Akan tetapi dengan kadar Ca2+ yang tinggi akan
menyebabkan air menjadi keruh.
Tingkat kesadahan sementara biasanya
dapat diturunkan dengan pemanasan, untuk derajat kesadahan biasanya diukur
dalam ppm (parts per million), atau derajat kesadahan Jerman, Derajat kesadahan
Prancis dan Inggris.
Berikut adalah kriteria selang
kesadahan yang biasa dipakai:
- 0 - 4 dH, 0 - 70 ppm : sangat rendah (sangat lunak)
- 4 - 8 dH, 70 - 140 ppm : rendah (lunak)
- 8 - 12 dH, 140 - 210 ppm : sedang
- 12 - 18 dH, 210 - 320 ppm : agak tinggi (agak keras)
- 18 - 30 dH, 320 - 530 ppm : tinggi (keras)
Penggolongan air atas dasar kesadahan Prancis :
Air
|
Kesadahan (° F)
|
Contoh
|
Sangat
Lunak
|
0 - 4
|
Hujan
|
Lunak
|
4 - 8
|
Air
yang mengandung mineral
|
Sedang
|
8 - 12
|
Toleransi
air minum menurut WHO
|
Agak
Sadah
|
12 - 18
|
Air
danau dan sungai
|
Sadah
|
18 - 30
|
Air
dari batuan gamping
|
Sangat
Sadah
|
> 30
|
Air
kapur dalam bawah tanah
|
V. Prosedur KERJA
? Untuk Standarisasi CaCl2
Ø Menimbang serbuk CaCO3 sekitar 0,2 gram
Ø Melarutkan serbuk
tersebut dengan aquadest 50 ml ke dalam
gelas kimia
Ø Memasukkan dalam
labu takar 250 ml,
dihomogenkan lalu ditambahkan HCl setetes demi setetes sampai terjadi perubahan
warna dari warna keruh menjadi tak berwarna, kemudian dihimpitkan sampai tanda garis
miniskus bawah lalu dihomogenkan lagi.
?
Untuk
standarisasi EDTA
Ø Mepipet sampel CaCL2
sebanyak 25 ml kedalam erlenmeyer 250
ml, kemudian ditambahkan 5 tetes larutan Buffer pH 10 dan seujung spatula
indikator EBT dan digoncangkan sampai warna merah anggur terbentuk lalu
dititrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna ke warna biru.
Ø Volume peniter EDTA dicatat.
Ø Ulangi percobaan
sampai tiga kali kemudian dicatat sebagai triplo.
? Untuk Penentuan Sampel Air
? Titrasi pendahuluan
Ø Memasukkan sebanyak 10 ml sampel
air kedalam erlenmeyer 250 ml lalu ditambahkan 5 tetes larutan Buffer pH 10 dan
ditambahkan seujung spatula indikator EBT.
Ø Kemudian dititrasi dengan larutan
standar EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru.
Ø Dicatat volume EDTA yang
digunakan untuk menitrasi.
? Volume sampel air yang digunakan ditentukan
dari volume sampel air yang diperoleh dari
titrasi pendahuluan,caranya adalah memperkirakan volume EDTA yang
digunakan adalah 20 ml jadi rumus yang digunakan adalah :
x 10
VI. Data pengamatan
? Untuk Standarisasi EDTA
Ø
Berat
Kapur/CaCO3 = 0,2066 gr (dalam 250 ml)
dibuat CaCl2
Ø
25
ml CaCl2 (1) = 20,2 ml EDTA
Ø
25
ml CaCl2 (2) = 20,1 ml EDTA
Ø
25
ml CaCl2 (3) = 20 ml EDTA
Ø
25
ml sampel rata-rata = 20,1 ml EDTA rata-rata
? Untuk sampel air
Ø
100
ml sampel (1) = 9,2 ml EDTA
Ø
100
ml sampel (2) = 10
ml EDTA
VII.Perhitungan
? Untuk Standarisasi EDTA
Massa CaCO3
= 0,2066 gram
Molaritas Ca2+ = x M
=
0,008064 M
Secara
teoritis larutan EDTA yang diperlukan untuk titrasi 25 ml larutan Ca2+
=
25 ml Ca2+ 0,008064 M = a ml
EDTA 0,01075 M
a =
=
18,75 ml
Konsentrasi
larutan standar EDTA
=
x konsentrasi EDTA perhitungan
=
x 0,01075 M
=
0,01003 M
Penentuan kesadahan total dalam air
a ml EDTA 0,01003
M ∞ a ml CaCO3 0,01003 M /y ml sampel air
dalam 1000 ml sampel air.
= x a x 0,01003x 100 MgCaCO3
Sampel air 1
9,2 ml EDTA 0,01003 M ∞ 9,2 ml CaCO3 0,01003 M
9,2 ml CaCO3 0,01003 M ∞ 9,2 . 0,01003 . 100 MgCaCO3 dalam tiap 100 ml sampel air
Dalam 1 liter sampel air CaCO3 sebanyak
:
= x 9,2 x 0,01003 x 100 MgCaCO3
= 92,276 Mg atau
92,276 ppm
Sampel air II
10 ml EDTA 0,01003 M ∞ 10 ml CaCO3 0,01003 M
10 ml CaCO3 0,01003 M ∞ 10 . 0,01003 . 100 MgCaCO3 dalam tiap 100 ml sampel air
Dalam 1 liter sampel air CaCO3 sebanyak
:
= x 10 x 0,01003 x 100 MgCaCO3
= 100,3 Mg atau
100,3 ppm
Sampel I :92,276
ppm
II
:100,3 ppm
Rata – rata : 96,288 ppm
VIII.Pembahasan
HASIL PERCOBAAN
1.Standarisasi larutan Na2EDTA
Pada
percobaan ini, pertama yang dilakukan adalah menstandarisasi larutan Na2EDTA.
Alat-alat yang diperlukan disiapkan sebelumnya. Sebelum menjadi larutan
standar, larutan Na2EDTA perlu distandarisasi karena larutan tersebut tidak
stabil , larutan Na2EDTA sangat mudah bereaksi dengan keadaan lingkungan
sekitar. Karena jika mudah bereaksi dengan lingkungan, otomatis volumenya akan
senantiasa berubah sehingga juga akan mempengaruhi besar konsentrasi.
2.Analisis Kesadahan sampel air
Selanjutnya,
percobaan kedua yang kami lakukan adalah menganalisis kesadahan sampel air.
Reaksi
yang terjadi adalah :
Mg2+(aq) + EBT(aq) à [Mg-EBT]2+(aq)
biru langit merah anggur
Reaksi tresebut di atas merupakan reaksi pada
saat indikator EBT ditambahkan pada sampel air dimana EBT mengomplek ion Mg2+
sehingga warnanya berubah dari biru langit menjadi merah anggur, pada saat ini
larutan benar-benar berwarna merah anggur karena pada sampel air terdapat ion
Mg2+ yang lebih mudah dikompleksi oleh EBT dari pada ion Ca2+.Pada
saat titrasi reaksi yang terjadi adalah :
[Mg-EBT]2+
(aq) + H2Y2- (aq) à MgY2-(aq) + 2H+
(aq) + EBT(aq)
Merah anggur biru langit
Pada
saat titrasi, ion H2Y2- mengompleks semua Ca2+
dan Mg2+ bebas pada sampel air sehingga kompleks merah anggur
[Mg-EBT]2+ terdisosiasi dan warna merah anggur berubah menjadi biru
langit dari indikator EBT dan pada saat itu titik akhir telah tercapai, semua
ion sadah telah terkompleksikan dengan H2Y2-.
Pada
percobaan ini terdapat kesalahan yang sangat berpengaruh didalam perhitungan
karena kami hanya menguji sampel air sebanyak 100 ml, dimana volume EDTA yang
dihabiskan hanya 9,2 ml padahal
seharusnya sekitar 20 ml.
Pada
saat melakukan titrasi, harus sesuai dengan standar cara titrasi yang telah
ditetapkan yaitu dengan cara tetes per tetes. Karena jika tidak sesuai dengan
standar cara titrasi yang telah ditetapkan, data bisa tidak valid. Kemudian,
pada saat titrasi, labu Erlenmeyer juga digoyang-goyangkan supaya titrasi dapat
berjalan dengan baik dan percampuran sempurna.
IX. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan diperoleh
data sebagai berikut :
Sampel air yang
digunakan mengandung ion Ca2+ sebanyak
:
96,288 ppm , sampel air tersebut
memiliki tingkat kesadahan rendah
(lunak) karena berkisar antara 70 - 140 ppm. Jadi artinya
sampel air tersebut mengandung mineral.
X. Daftar pustaka
/
Buku
“ Industri
Proses Kimia “ bab 3, jilid 1, edisi ke 5, oleh George T.Austin dan E.
Jasjifi, Erlangga, 1996.
/
Buku
penuntun “ Praktikum Kimia analisis II “ Politeknik Negeri Ujung Pandang
semester II dari file PEDC Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar