Pengikut

Kamis, 07 Juni 2012

GC tentang kolom


 


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis curahkan kepada Allah SWT, karena atas izin-Nya kami dapat menyusun makalah ini yang menurut kami bisa dimanfaatkan untuk hal pembelajaran dan ilmu pengetahuan khusunya dalam ilmu kimia. Makalah ini kami susun berdasarkan data dari berbagai sumber yang kami dapatkan dan kami mencoba menyusun data-data itu hingga menjadi sebuah karya tulis ilmiah sederhana yang berbentuk makalah.
Selama proses pembuatan makalah ini, banyak hal yang kami dapatkan, termasuk ilmu pengetahuan baru , tepatnya mengenal lebih dalam tentang salah satu dari berbagai macam materi yaitu tentang “Kolom Pada Gas kromatografi”
Semoga dengan tersusunnya makalah ini bisa menjadikan kami menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya dengan apa yang telah kami dapatkan dan kami pelajari dalam makalah ini, kami juga berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat-bagi orang lain. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini sangat banyak kekurangannya, mungkin ini pengetahuan kami yang sangat terbatas, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan agar kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut. Terima kasih.

                                                                                    Makassar, 17 Maret 2012
                                                                                                       Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
GC (Gas Chromatography)  yang biasa disebut juga Kromatografi gas (KG) merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama kali pada tahun 1950-an. GC merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran Perkembangan teknologi yang signifikan dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah menghasilkan batas deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat. 
GC menggunakan gas sebagai gas pembawa/fase geraknya.
Ada 2 jenis kromatografi gas, yaitu :
  1. Kromatografi gas–cair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam.
2.      Kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan kadang-Kadang berupa polimerik
Kromatografi gas dapat juga dikatakan sebagai  suatu teknik analisis yang mencakup metoda pemisahan dan metoda penentuan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Bentuk analisis lengkap ini merupakan keunggulan utama dari kromatografi. Di dalam kromatografi di perlukan adanya dua fase yang tidak saling menyampur,yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diamnya disini dapat berupa suatu zat padat yang ditempatkan di dalam suatu kolom atau dapat juga berupa cairan terserap (teradsorpsi) berupa lapisan yang tipis pada butir-butir halus suatu zat padat pendukung (solid support material) yang di tempatkan di dalam kolom. Fase geraknya dapat berupa gas (gas pembawa) atau cairan.
            Campuran yang akan dipisahkan komponen-komponennya, dimasukkan ke dalam kolom yang mengandung fase diam. Dengan bantuan fase gerak, komponen. Komponen campuran itu kemudian dibawa bergerak melalui fase diam di dalam kolom. Perbedaaan antaraksi atau afinitas antara komponen-komponen campuran itu dengan kedua fase, menyebabkan komponen-komponen itu bergerak dengan kecepatan berbeda mealui kolom. Akibatnya ada perbedaan kecepatan (differential migration), komponen-komponen itu terpisah satu sama lain.
Pada awalnya kromatografi gas hanya digunakan dalam analisis gas, tetapi dengan kemajuan teknologi, kromatografi gas dapat digunakan untuk analisis bahan cair dan padat dengan syarat bahwa bahan yang akan dianalisis mudah menguap atau bisa diderivatisasi terlebih dahulu menjadi bahan yang mudah menguap.
Awal perkembangan kromatografi gas (GC) difokuskan pada kolomnya, yaitu isi kolom (fasa diam) dan ukuran kolom, sehingga lahirlah kolom kapiler GC. Perkembangan selanjutnya yaitu penggabungan dari GC kolom kapiler dengan berbagai jenis detektor yang spesifik, salah satunya adalah penggabungan dengan spektrometri massa, yang dikenal sebagai GC-MS. Dengan memanfaatkan spektrometer massa sebagai detektor, identifikasi kualitatif menjadi lebih akurat karena melalui detektor ini dapat dihasilkan spektrum massa dari puncak kromatogram yang dipakai untuk keperluan konfirmasi puncak.

Prinsip Kerja Kromatografi Gas
Kromatografi gas atau yang biasa disebut carrier gas digunakan untuk membawa sample melewati lapisan (bed) material. Karena gas yang bergerak, maka disebut mobile phase (fasa bergerak), sebaliknya lapisan material yang diam disebut stationary phase (fasa diam).
Cara kerja dari kromatografi gas adalah gas pembawa lewat melalui satu sisi detektor kemudian memasuki kolom. Di dekat kolom ada suatu alat di mana sampel – sampel bisa dimasukkan ke dalam gas pembawa ( tempat injeksi). Sampel – sampel tersebut dapat berupa gas atau cairan yang volatil (mudah menguap). Lubang injeksi dipanaskan agar sampel teruapkan dengan cepat.
Aliran gas selanjutnya menemui kolom,kolom berisi suatu padatan halus dengan luas permukaan yang besar dan relatif inert. Sebelum diisi ke dalam kolom, padatan tersebut diimpregnasi dengan cairan yang diinginkan yang berperan sebagai fasa diam atau stasioner sesungguhnya, cairan ini harus stabil dan nonvolatil pada temperatur kolom dan harus sesuai dengan pemisahan tertentu.  Setelah muncul dari kolom itu, aliran gas lewat melalui sisi lain detektor. Maka elusi zat terlarut dari kolom mengatur ketidakseimbangan antara dua sisi detektor yang direkam secara elektrik.
Waktu Retensi
 Waktu yang digunakan oleh senyawa tertentu untuk bergerak melalui kolom menuju ke detektor disebut sebagi waktu retensi (RT). Waktu ini diukur berdasarkan waktu dari saat sampel diinjeksikan pada titik dimana tampilan menunjukkan tinggi puncak maksimum untuk senyawa itu.
Aplikasi Alat Kromatografi Gas Pada Pemisahan
GC tampil menonjol dalam pekerjaan laboratorium pada topik-topik yang sedang banyak diamati. Pendekatan umumnya melibatkan pengekstrasian sampel untuk mengonsentrasikan analit dalam suatu pelarut organik yang sesuai dengan pengkromatografian ekstrak tersebut.
Kelebihan Dan Kekurangan Kromatografi Gas
1.         Kelebihan Kromatografi Gas
a.  Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi
b.  Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang tinggi
c.  Gas mempunyai vikositas yang rendah
d.  Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi
e.  Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam yang sangat beragam yang memisahkan hampir segala macam campuran.
2.         Kekurangan Kromatografi Gas
a.  Teknik kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap
b.  Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat (mg) mudah dilakukan, pemisahan pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.
c.  Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat terlarut.
Komponen Utama Peralatan Kromatografi Gas
-          Reservoir gas pembawa
-          Sistem penyuntikan cuplikan
-          Kolom pemisah
-          Sistem pemanasan (oven)
-          Detektor
-          Sistem pengolah data
Komponen utama tersebut diatas dirangkai hingga menjadi suatu peralatan kromatografi gas yang utuh seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

Diagram suatu peralatan kromatografi gas
Pada makalah ini akan di bahas salah satu dari komponen utama peralatan kromatografi tersebut yaitu mengenai kolom pemisah.



BAB II
PEMBAHASAN
A.               PENGERTIAN KOLOM
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada GC.
Kolom pada umumnya terbuat dari baja tahan karat atau terkadangdapat terbuat dari gelas. Kolom kaca digunakan bila untuk memisahkancuplikan yang mengandung komponen yang dapat terurai jika kontak dengan logam. Diameter kolom yang digunakan biasanya 3 mm – 6 mm dengan panjang antara 2-3 m. kolom dibentuk melingkar agar dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam oven ( thermostat)
            Kolom adalah tempat berlangsungnya proses pemisahan komponen yang terkandung dalam cuplikan. Di dalam kolom terdapat fasa diam yang dapat berupa cairan, wax, atau padatan dengan titik didih rendah. Fasa diam ini harus sukar menguap, memiliki tekanan uap rendah, titik didihnya tinggi(minimal 100º C di atas suhu operasi kolom) dan stabil secara kimia. Fasa diam ini melekat pada adsorben. Adsorben yang digunakan harus memiliki ukuran yang seragam dan cukup kuat agar tidak hancur saat dimasukkan kedalam kolom. Adsorben biasanya terbuat dari celite yang berasal dari bahan diatomae.Cairan yang digunakan sebagai fasa diam di antaranya adalahhidrokarbon bertitik didih tinggi,  silicone oils,waxes, ester polimer, eter danamida. (The Techniques)Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang akan dipisahkan. Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan fasa diam yang polar. Begitupun untuk sampel yang nonpolar, digunakan fasa diam yangnonpolar agar pemisahan dapat berlangsung lebih sempurna.

B.      MACAM- MACAM KOLOM
Terdapat dua macam kolom kromatografi gas yang lazim digunakan yakni :

1.       Kolom terbuka ( Open Tubular Column)
 Kolom terbuka merupakan tabung terbuka yang permukaan dalamnya dilapisi dengan cairan fasa diam. Kolom terbuka terbuat dari stainless steel atau quartz. Berdiameter antara 0,1 – 0,7 mm dengan panjang berkisar antara 15 - 100 m. semakin panjang kolom maka  efisiensinya akan semakin besar dan perbedaan waktu retensi antara komponen satu dengan komponen lain semakin besar dan akan meningkatkan selektivitas. Penggunaan kolom terbuka memberikan resolusi yang lebih tinggi daripada kolom pak. Tidak seperti pada kolom pak, pada kolom terbuka fasa geraknya tidak mengalami hambatan ketika melewati kolom sehingga waktu analisis menggunakan kolom ini lebih singkat daripada jika menggunakan kolom pak.
.
 Jenis kolom seperti ini mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya adalah karena tekanan yang dibutuhkan rendah jadi kolom dapat dibuat panjang, namun jumlah cuplikan harus sedikit karena kapasitas kolom seperti ini kecil. Jenis-jenis kolom terbuka :
Ó Wall Coated Open Tubular Column (WCOT)
Fasa diamnya berupa cairan kental dilapiskan secara merata pada dinding dalam kolom.
Ó Support Coated Open Tubular Column (SCOT)
Partikel zat pendukung (silica atau aluminium) ditempelkan pada dinding dalam kolom. Adsorben ini dilapisi oleh cairan kental sebagai fasa diam untuk meningkatkan luas permukaan yang nantinya akan memungkinkan untuk menampung volum cuplikan yang lebih banyak. Jenis ini cocok untuk memisahkan zat dengan konsentrasi yang sangat kecil. Kolom inimenghasilkan resolusi yang tinggi.
Ó Porous Layer Open Tubular Column (PLOT)
Partikel zat padat yang ditempelkan pada dinding kolom bertindak sebagai fasa diam

Jenis-jenis kolom terbuka

2.      Kolom pak (packed column)
Kolom Pak terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari tembaga dan aluminium.Contohnya stainless steel atau gelas Pyrex. Gelas Pyrex digunakan jika cuplikan yang akan dipisahkan bersifat labil secara termal. Diameter kolom pak berkisar antara 3 – 6 mm dengan panjang 1 – 5 m. kolom diisi dengan zat padat halus sebagai zat pendukung dan fasa diam berupa zat cair kental yang melekat pada zat pendukung. Kolom pak dapat menampung jumlah cuplikan yang banyak sehingga disukai untuk tujuan preparatif.Kolom yang terbuat dari stainless steel biasa dicuci dengan HCl terlarut,kemudian ditambah dengan air diikuti dengan methanol, aseton, metilendiklorida dan n-heksana. Proses pencucian ini untuk menghilangkan karat dan noda yang berasal dari agen pelumas yang digunakan saat membuat kolom. Kolom pak diisi dengan 5% polyethylene glycol adipate dengan efisiensikolom sebesar 40,000 theoretical plates.
Dalam menyiapkan kolom packing, maka jenis zat padat pendukung dan fasa diam yang akan digunakan harus memiliki karakteristik tertentu agar dapat digunakan untuk keperluan pemisahan yang diinginkan.
Zat padat pendukung ideal adalah yang;
-          (a). bulat, merata, kecil (20-40) dengan kekuatan mekanis yang baik,
-          (b). inert pada suhu tinggi,
-          (c). mudah dibasahi oleh fasa cair dan membentuk lapisan merata.
Fasa diam yang ideal adalah fasa diam (cairan) yang;
-          (a). tidak mudah menguap (td. > 200oC) atau lebih tinggi dari suhu operasi kolom,
-          (b). mempunyai kestabilan termik yang tinggi,
-          (c). inert secara kimia.
Jika didasarkan pada ukurannya, kolom kromatografi gas dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1.      kolom konvensional
Berdiameter luar 1/8 – 1 /4” yang terbuat dari baja tahan karat atau pipa gelas dengan panjang 6 – 20 feet.
2.      kolom preparatif
Berdiameter > 1/4” dengan panjang > 10 feet. Kolom preparatif digunakan untuk menyiapkan sampel yang murni dari adanya senyawa tertentu dalam matriks yang kompleks.
  1. kolom kapiler
Berdiameter dalam 0,1 – 0,5 mm dengan panjang 10 – 100 meter. Kolom kapiler sangat banyak dipakai karena kolom kapiler memberikan efisiensi yang tinggi (harga jumlah pelat teori yang sangat besar > 300.000 pelat). Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar, atau semi polar. Fase diam non polar yang paling banyak digunakan adalah metil polisiloksan (HP-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5) dan fenil 5%-metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8). Fase diam semi polar adalah seperti fenil 50%-metilpolisiloksan 50% (HP-17; DB-17; CPSIL-19), sementara itu fase diam yang polar adalah seperti polietilen glikol (HP-20M; DB-WAX; CP-WAX; Carbowax-20M).
Contoh aplikasi yang dapat ditemukan pada katalog produk kromatografi gas

45
46



C.      Pemilihan Kolom
Pertimbangan pertama dalam memilih kolom adalah memilih produsen/merek yang benar dengan mempertimbangkan : konsistensi dari kualitas yang tinggi dalam memproduksi kolom.
Pertimbangan kedua, memilih kolom yang ideal untuk suatu analisis yang spesifik yaitu meliputi,
Ø  Kepolaran,
Ø  Kestabilan thermal,
Ø  Kapasitas kolom,
Ø  Ketebalan lapisan fasa diam, dan
Ø  Panjang kolom.


Kepolaran
Kepolaran menunjukkan bagaimana komponen-komponen contoh beriteraksi dengan fasa diam. Fasa non-polar memisahkan komponen-komponen terutama berdasarkan titik didih. Fasa sedikit polar (intermediately polar phase) meretensi komponen-komponen berdasarkan titik didih dan interaksi dipol terinduksi atau melalui ikatan hidrogen. Fasa polar dan sangat polar meretensi lebih kuat senyawa polar dibanding senyawa non-polar akibat interaksi dipol-dipol antara gugus fungsi dari komponen dengan fasa diam.
Kepolaran relatif dari beberapa fasa diam diberikan berikut ini :
Kepolaran relatif beberapa fasa diam
Kestabilan Thermal
Secara umum, jika polaritas kolom meningkat maka kestabilan thermal menurun. Kestabilan thermal yang baik dapat diperoleh dengan menggunakan fasa yang berikatan silang terimmobilisasi. Namun ikatan silang selain merubah sifat fisik juga dapat merubah sifat kimia dari fasa diam.
Kapasitas kolom
Jika diameter dalam dari kolom membesar maka kapasitas suatu kolom juga akan membesar, namun daya pisah akan menurun. Untuk pemisahan campuran yang sangat rumit, diameter yang sempit akan memberikan hasil yang baik. Di sisi lain, jika konsentrasi komponen dalam contoh sangat bervariasi maka kolom dengan diameter besar harus digunakan untuk memperbesar kapasitas kolom.
Ketebalan lapisan fasa diam
Lapisan yang tebal akan meretensi komponen lebih lama dan memerlukan suhu yang lebih tinggi untuk mengelusi komponen pada nilai k’ yang sama. Pada lapisan yang tipis, komponen akan terelusi lebih cepat dan hanya memerlukan suhu yang tidak terlalu tinggi. Secara umum, lapisan yang tebal digunakan bagi komponen bertitik didih rendah untuk meningkatkan interaksinya dengan fasa diam, jadi juga meningkatkan resolusi dari pemisahan. Lapisan yang sangat tebal (3 m atau 5 m) biasanya digunakan untuk analisis campuran gas-gas atau pelarut-pelarut yang mudah menguap pada temperatur kamar. Lapisan dengan ketebalan sedang (1 m atau 1,5 m) berguna untuk komponen-komponen yang dapat terelusi pada suhu antara 100-200oC. Lapisan dengan ketebalan standar (0,25 m atau 0,5 m) dapat digunakan untuk berbagai jenis komponen yang terelusi pada temperatur hingga 300oC. Lapisan yang tipis  (0,1 m) sangat baik untuk komponen dengan berat molekul tinggi yang terelusi diatas temperatur 300oC.
Dengan menebalnya lapisan fasa diam, resolusi dari dua komponen yang terelusi secara berurutan juga akan meningkat. Namun, lapisan yang tebal jika digunakan untuk senyawa-senyawa polar dapat menurunkan resolusi atau menyebabkan perubahan orde elusi dari beberapa komponen.
Jika diameter dalam dari kolom membesar sebaiknya tebal lapisan fasa diam juga membesar agar retensi komponen target tidak berubah banyak. Lapisan yang tebal secara umum digunakan pada kolom dengan diameter dalam yang besar untuk mempertahankan sesama mungkin retensi dan resolusi komponen jika komponen tersebut dielusi dalam kolom berdiameter sempit dan berlapisan film fasa diam yang tipis.
Jika lapisan film menebal, batas temperatur operasi kolom akan menurun. “Column Bleed” bergantung baik pada jumlah maupun pada temperatur degradasi dari fasa diam. Makin tebal lapisan fasa diam makin besar pula phenomena “bleed” yang terjadi.
Panjang kolom
Untuk analisis isothermal, besaran pelat teoritis dan waktu analisis berhubungan secara proporsional dengan panjang kolom. Namun perlu diingat bahwa resolusi adalah akar pangkat dua dari jumlah pelat teoritis. Jika panjang kolom diperbesar dari 30 m ke 60 m, resolusi akan meningkat kira-kira 40% dan waktu analisis meningkat kira-kira dua kalinya.Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, “column bleed”, ke-iner-an zat pendukung dan indeks retensi dari kolom juga perlu dipertimbangkan dalam memilih suatu kolom. Karena Sebagian besar kromatografi gas dilengkapi dengan jenis injektor yang bisa memasukkan cairan langsung ke dalam kolom menggunakan jarum suntik. Tipe injektor yang digunakan tergantung jenis kolom yang dipakai.
Detektor sensitif memerlukan “column bleed” yang rendah pada penggunaan temperatur yang tinggi untuk fasa yang spesifik. Column bleed yang rendah juga memungkinkan kuantisasi komponen-komponen dengan titik didih tinggi dan mencegah kontaminasi pada detektor. Permukaan yang aktif dapat menghasilkan “peak tailing”, atau fenomena adsorpsi. Suatu kolom harus mempunyai permukaan yang benar-benar inert agar komponen renik dapat terelusi sempurna dari kolom. Indeks retensi dari kolom juga perlu diperhatikan karena indeks retensi dari analit adalah salah satu kunci dalam mengidentifikasi suatu komponen. Keboleh-ulangan indeks retensi dari suatu kolom harus baik atau mempunyai kisaran dengan rentang yang sempit.
D.                 Pemrograman Temperatur
Temperatur kolom merupakan variabel penting yang harus dikontrol dengan baik untuk memperoleh hasil analisis yang baik. Kebergantungan retensi komponen dalam kolom pada tekanan uap dari masing-masing komponen yang akan dipisahkan, menyebabkan suatu campuran yang terdiri dari berbagai komponen dengan titik didih yang sangat bervariasi tidak mungkin dipisahkan dengan sempurna jika digunakan sistim elusi isotermal. Komponen-komponen yang mudah menguap mungkin dapat dipisahkan dengan baik, tetapi komponen dengan titik didih tinggi akan terelusi dengan waktu retensi yang besar dan disertai dengan gejala pelebaran puncak yang nyata. Sebaliknya jika digunakan temperatur yang tinggi maka komponen dengan titik didih tingi akan teresolusi dengan baik namun komponen-komponen yang mudah menguap akan menunjukkan resolusi yang kurang baik bahkan terdapat kemungkinan di mana komponen-komponen tersebut terelusi secara bersama-sama.
Untuk menghindari hal di atas maka temperatur kolom dinaikkan selama analisis berlangsung. Cara yang disebut terakhir ini yang disebut sebagai cara pemrograman temperatur.
Gambar berikut menunjukkan bagaimana suatu pemisahan dapat diperbaiki dengan menggunakan pemrograman temperatur



Isotermal.
E.    Komponen tak terpisah dengan baik.
F.     Beberapa komponen terelusi pada saat yang sama.
G.   Puncak yang terakhir menunjukkan adanya pelebaran puncak.

Temperatur terprogram
-       Komponen terpisah dengan sempurna.
-       Tidak ditemui adanya pelebaran puncak chromatogram.
  • OperasiIsotermal
    Pada operasi isotermal, temperatur kolom dijaga konstan. Batas temperatur maksimum dan minimum dipengaruhi stabilitas dan karakter fisik fase diam. Batas bawah ditentukan oleh titik beku dan batas atas ditentukan oleh “bleed” dari fase diam. Bleed adalah fase diam masuk ke detektor. Secara umum pada mode operasional ini, injektor dioperasikan 30oC diatas temperatur komponen dengan titik didih maksimum (kolom kemasan konvensional).
  • Operasi temperatur terprogram (TPGC)
    Pada kromatografi gas temperatur terprogram, temperatur oven dikendalikan oleh sebuah program yang dapat mengubah tingkatan pemanasan yang terjadi antara 0,25oC sampai 20oC. Sebuah oven massa rendah mengijinkan pendinginan dan pemanasan cepat dari kolom yang dapat ditahan sampai 1oC dari temperatur yang diperlukan. Pada operasi temperatur terprogram diperlukan pengendali aliran untuk memastikan kesetabilan aliran gas. Kestabilan aliran sangat diperlukan untuk mencapai stabilitas hasil detektor yang baik yang ditunjukan pada garisbawah/baseline datar yang stabil. Fase diam harus stabil secara termal melewati range temperatur yang lebar. Bleed dapat diganti dengan menjalankan dua kolom yang identik secara tandem, satu untuk pemisahan komponen dan yang lain untuk melawan “bleed”.






BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ø  Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada GC.
Ø  Terdapat dua jenis kolom yang lazim di gunakan yaitu,  Kolom terbuka ( Open Tubular column) dan Kolom pak (packed column). Tidak seperti pada kolom pak, pada kolom terbuka fasa geraknya tidak mengalami hambatan ketika melewati kolom sehingga waktu analisis menggunakan kolom ini lebih singkat daripada jika menggunakan kolom pak.
Ø  Keunggulan kolom terbuka, diantaranya adalah karena tekanan yang dibutuhkan rendah jadi kolom dapat dibuat panjang, namun jumlah cuplikan harus sedikit karena kapasitas kolom seperti ini kecil sedangkan keunggulan kolom pak adalah dapat menampung jumlah cuplikan yang banyak sehingga disukai untuk tujuan preparative.
Ø  Pertimbangan pertama dalam memilih kolom adalah memilih produsen/merek yang benar dengan mempertimbangkan : konsistensi dari kualitas yang tinggi dalam memproduksi kolom.
Pertimbangan kedua, memilih kolom yang ideal untuk suatu analisis yang spesifik yaitu meliputi,Kepolaran,Kestabilan thermal,Kapasitas kolom,Ketebalan lapisan fasa diam, dan Panjang kolom.


DAFTAR PUSTAKA
  1. Kenkel, J., 2002, Analytical Chemistry for Technicians, 3th. Edition., CRC Press, U.S.A.
  2. Grob, R.L., 1995, Modern Practice of Gas Chromatography, 3th Ed., Jhon Wiley and Sons, New York.
  3. Settle, F (Editor), 1997, Handbook of Instrumental Techniques for Analytical Chemistry, Prentice Hall PTR, New Jersey, USA.
  4. Kealey, D and Haines, P.J., 2002, Instant Notes: Analytical Chemistry, BIOS Scientific Publishers Limited, New York.
  5. Watson, D.G., 1999, Pharmaceutical Analysis: A textbook for pharmacy students and pharmaceutical chemists, Churchill Livingston, UK.
  6. Adamovics, J.A., 1997, Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals, 2nd Edition, Marcel Dekker, New York.
7.      Analisis kromatografi- jurusan Teknik Kimia- Politeknik negeri Ujung pandang




Tidak ada komentar:

Posting Komentar